Wa qinaa 'adzaabannaar
Kalimat di atas bukanlah sekedar doa yang saling lepas dengan apa yang kita perbuat dalam keseharian kita. Kalimat di atas adalah contoh doa yang diucapkan oleh orang-orang yang senantiasa mengingat Allah, sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam Al-Qur'an.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka" (Q.S Ali 'Imran:190-191)
Jika doa tersebut diucapkan dengan sungguh-sungguh, maka tentu kandungannya akan terbawa dan menjadi spirit dalam keseharian kita. Adalah suatu hal yang kontradiktif jika seandainya ketika berdoa kita mohon untuk dijauhkan dari siksa neraka, namun ketika melakukan suatu perbuatan, kita sama sekali tidak ingat bahwa neraka itu ada. Adalah benar bahwa syaitan punya kemampuan untuk menggoda kita sebagai manusia, untuk lupa akan konsekuensi dari suatu perbuatan yang akan bahkan telah kita lakukan. Mohonlah perlindungan kepada Allah, dari godaan syaitan yang dapat menyesatkan, mengarahkan kepada kelalaian, dan kemungkaran.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka maka sungguh telah Engkau hinakan
ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. (Q.S Ali 'Imran:192)
Jika syaitan memiliki kemampuan untuk menggoda, maka sebagian di antara manusia punya kemampuan untuk saling mengingatkan atau menyeru kepada kebaikan. Da'wah, bukanlah sekedar istilah. Da'wah bukanlah sekedar hak, tapi telah menjadi kewajiban bagi yang menyadari bahwa dirinya memiliki ilmu dan kemampuan. Betapa tidak bijaksana orang yang mampu dan punya ilmu, tapi tidak mau mendukung atau menjadi bagian dari da'wah.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. (Q.S. Ali 'Imran:193)
Berbicara mengenai ampunan alias taubat, ternyata ada syaratnya juga....
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (Q.S. An-Nisaa:17-18)