Arif Sehari-harinya

Wednesday, August 25, 2004

Udah 3 hari

Jadi gini ceritanya....

Hari Senin pagi teh ada ultimatum dari ortu...., intinya mah pokoknya kudu nikah ASAP.
Siangnya masih sempat nyuci, terus ke pos, telkom dan bank. Nah, sorenya, pas lagi di kampus, mampus deh.

Batuk, demam, sakit kepala....
Nah, demamnya itu tingginya pas malam. Pagi-pagi mah kirain udah sembuh...
Rasanya ga enak banget nyusahin banyak orang 3 hari ini, soalnya nginapnya di kantor...
Tadi pas periksa di RSHS, katanya tensinya juga tinggi, 170 bow...
Besok harus periksa darah, kata dokternya...

Januari lalu demam berdarah, Mei harus ke rehab medik, Agustus kenapa harus berurusan dengan dokter lagi?

Sunday, August 15, 2004

Cinta dan Lambang Keberartian

Bertanyalah kita. Hari ini. Sejenak saja. Kepada diri sendiri. Tentang sebuah lambang keberartian dan makna hidup yang sangat mendalam: kelayakan untuk dicintai. Maka, layakkah kita dicintai?

Kelayakan dicintai adalah definisi dari sebuah kapasitas diri. Kapasitas yang diukur dari sejauh mana kita memiliki harga. Dalam wujud amal nyata dan peran-peran yang berbukti. Bukan status, apalagi sekedar hiasan performa dan gincu-gincu kepalsuan.

Bila daya manfaat dan keberartian merupakan labuhan cinta, maka sumber dan mata air keberartian itu ada pada kekuatan kejujuran, dalam pengertiannya yang sangat luas. Sebabnya adalah, kejujuran itu yang akan memberi kita kekuatan untuk selalu meniti jalan hidup ini sesuai arah dan alurnya. Sebab di sanalah kekuatan untuk memberi manfaat itu menemukan mata airnya. Pada wilayah kebersamaan dengan orang lain, kejujuran adalah garansi yang menjamin tertunaikannya hak orang lain dari diri kita, dalam bentuk apa saja.

Tetapi karunia iman memberi kekuatan lain pada makna kelayakan itu. Di sini keberartian menjadi sempurna. Beriman, berdayaguna, taat, dan kemudian memberi manfaat untuk kehidupan sesama. Maka sebaik-baik orang mukmin adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain. Tak ada yang bisa melakukan sesuatu yang sangat istimewa, melebihi apa yang bisa dilakukan oleh kekuatan iman.

Karenanya kelayakan dicintai pada dimensi yang paling mendalam adalah kemampuan seorang manusia untuk bisa mengerti apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang hamba yang diciptakan Allah di muka bumi ini. Yang kelak akan mati, lalu dimintai pertanggungjawaban. Maka ia akan memburu cinta-Nya, agar layak dicintai. Pada perburuan cinta itu lantas berhamburan amal-amal dan kebaikannya, untuk orang-orang yang ada di sekelilingnya. Maka profesi dan status tak kuasa membendung aliran kebaikan-kebaikan itu. Sebab profesi dan status itu hanya lorong-lorong tempat orang-orang yang layak dicintai itu mengalirkan arus kebaikannya.

Bertanyalah kita. Hari ini. Sejenak saja. Tentang hiruk pikuk pergulatan hidup yang kita jalani. Tentang rumah tangga yang berbilang tahun kita arungi. Di jenal-jenak lelah dan godaan bosan yang menghantui. Atau tentang kerja-kerja duniawi yang menguras akal budi. Disela oleh mimpi dan keinginan memiliki bertumpuk rezeki. Atau tentang perburuan jabatan yang berlumur ketidakadilan. Atau tentang belajar di meja-meja buku yang tak kunjung usai. Ditingkahi malas dan lambaian jalan menyimpang yang merajuk merayu. Adakah semua itu mengantarkan kita menjadi orang yang layak dicintai?

(Disadur dari Tarbawi, 5 Agustus 2004)

Bersyukur

Di antara sekian banyak kesempatan,
sangat sedikit yang mampu menyadarinya.
Di antara yang menyadarinya,
sungguh jarang yang bisa memanfaatkannya.
Di antara yang memanfaatkannya,
ada yang berhasil, ada yang tidak.
Dan di antara yang memperoleh keberhasilan,
tidak banyak yang ingat untuk bersyukur atas pemberian-Nya.

-------------------------
Asli, bukan kutipan, terbesit di kereta, 3 Agustus 2004

Monday, August 09, 2004

Jangan Berpikiran Sempit

Misalkan kejadiannya seperti ini...

Anda 'tidak sengaja' membuat tulisan tentang sesuatu untuk dimuat di koran. Anda beranggapan bahwa informasi yang Anda tulis hanya akan dibaca oleh pembaca koran tersebut hari itu. Padahal bisa saja ada orang yang mencari sesuatu yang 'kebetulan' berhubungan dengan apa yang Anda tulis diarahkan oleh Google ke versi website dari koran yang memuat tulisan Anda. Berdoalah bahwa si pencari informasi ini adalah seorang jurnalis televisi yang sedang mencari bahan untuk sebuah acara tertentu.

Dari informasi yang didapatkannya, sang jurnalis lalu menghubungi Anda untuk meminta kesediaan Anda untuk diwawancarai. Karena wawancara saja dipikirnya belum cukup, Anda kemudian diundang untuk hadir pada suatu perbincangan yang disiarkan secara langsung di televisi. Dari sekian banyak pemirsa yang menyaksikan perbincangan itu, seorang pemimpin penelitian di pusat penelitian negara merasakan bahwa orang seperti Andalah yang selama ini dicarinya untuk membantu timnya dalam penelitian terhebat abad ini. Anda lalu diminta untuk menjadi bagian dari tim peneliti, dan dari penelitian tersebut Anda dan tim berhasil membuat sesuatu yang selama keberadaan manusia di dunia, hal itu dianggap sebagai keajaiban, namun kini menjadi teknologi terapan yang dapat dijelaskan dengan akal sehat.

Ingat, semua berawal dari tulisan tadi. Dan rangkaian kejadian itu bukanlah kebetulan, melainkan dalam pengaturan Yang Maha Kuasa :)
------------------------------------------------------------------------

I can get what I want, insya Allah.But for now, I only want what I need.
------------------------------------------------------------------------

Wednesday, August 04, 2004

Jangan tinggalkan aku

Bernaung, meratap, berpautan
Berlinang, merindu, bersahutan
Apakah lagi yang dapat kuucapkan
selain rangkaian kata sendu yang tertimbun di sanubari, Jangan tinggalkan aku

Bukan
Bukan waktunya lagi bertangis-tangisan
Bukan masanya lagi merenda kenangan lama
Kini saatnya merajut rencana baru
Rencana yang bukan sekedar agenda
Inilah rencana yang dipagari sedemikian banyak pengalaman berharga
Pengalamanmu, pengalamanku, pengalaman kita bersama

-- Jkt-Bdg (Argo Gede), 3 Agustus 2004, yg masih belajar --